Selasa, 05 Februari 2013

Pembahasan Tentang Hipertensi

Pada bab pembahasan ini, penulis membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Tn. N dengan Hipertensi yang dirawat diruang flamboyan RSUD. AWS Samarinda. Pembahasan asuhan keperawatan pada klien Tn. N dengan Hipertensi dilaksanakan selama tiga hari, mulai tanggal 19 Juli sampai 21 Juli 2010, dengan menggunakan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. Pendekatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan klien yang meliputi bio, psiko, sosio, spiritual dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitif.
Diagnosa keperawatan yang muncul atau diangkat pada klien Tn. N dengan Hipertensi yaitu :
1.      Resiko terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi, pada pengkajian ditemukan TD : 170/100 mmHg, Nadi : 68 x/mnt, hasil  EKG : prematur ventricular contraction, possible anteroseptal infarction (suspec),  klien mengeluh kepalanya pusing, tengkuk saya nyeri, kaki terasa tebal dan lemah.
Peningkatan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Peningkatan kebutuhan nutrien dan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung (Price, 2005).
Bila kebutuhan nutrien dan oksigen tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi daya pompa jantung yang mengakibat jantung tidak dapat berkontraksi secara maksimal beresiko terjadi penurunan curah jantung yang akan berakibat fatal terhadap organ tubuh yang lain. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Resiko penurunan curah jantung dijadikan prioritas masalah pertama oleh penulis, karena masalah ini akan mengancam jiwa pasien bila menjadi aktual. Curah jantung adalah kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk kedalam sirkulasi paru dan sistemik. Curah jantung rata-rata adalah 5 L/menit. Kebutuhan curah jantung bervariasi sesuai ukuran tubuh. Perubahan frekuensi nadi dan volume sekuncup akan berpengaruh langsung terhadap curah jantung (Price, 2005). Ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien hipertensi menurut Donges (2000) “resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi dan iskemia miokardia”.
Dari diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencegah tidak terjadinya penurunan curah jatung, adapun rencana tindakan yang disusun adalah monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui perubahan yang terjadi, auskultasi irama jantung dan suara nafas untuk mengetahui adanya hipertropi ventrikel, observasi warna kulit, kelembaban dan suhu untuk mengetahui vasokontriksi dan perubahan pola jantung, batasi aktivitas klien untuk menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk meningkatkan relaksasi klien dan menurunkan ketegangan, kolaborasi pemberian obat captopril 25 mg sesuai advis dokter untuk menurunkan rangsangan dan meningkatkan relaksasi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengukur tekanan darah, mengukur suhu, menghitung nadi dan menghitung pernafasan, dari hasil pengukuran didapatkan hasil yang selalu berubah dikarenakan faktor aktivitas yang klien dan efek dari obat yang diminum. Mendengarkan suara jantung dan suara nafas didapatkan tidak terdengar suara bising jantung dan suara nafas tambahan. Mengobservasi warna kulit kelembaban dan suhu didapatkan tidak ada perubahan warna kulit seperti sianosis, kulit lembab dan suhu tubuh sama rata diseluruh bagian tubuh. menganjurkan klien untuk banyak istirahat dan klien mengikuti saran yang dianjurkan. Membuat lingkungan klien tenang dan nyaman sehingga klien dapat beristirahat dan menurunkan ketegangan. Selalu mengingatkan klien untuk minum obat secara teratur captopril 25 mg 3 x 1 hari klien mematuhi anjuran dengan minum obat yang teratur.
Evaluasi perkembangan dari hari pertama sampai dengan hari ketiga masalah penurunan terjadi curah jantung tidak terjadi, sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu TD dalam batas normal sistolik ≤ 140 mmHg, Diastolik ≤  90 mmHg, irama nadi reguler dan kecepatan nadi 60 – 100 x/mnt, akral hangat, klien menyatakan pusing hilang dan tengkuk tidak nyeri.
2.      Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral, pada pengkajian ditemukan TD : 170/100 mmHg, nadi : 68 x/menit, klien mengeluh kepala saya pusing, tengkuk saya nyeri, nyeri seperti ditusuk, skala nyeri 3, nyeri dirasakan bila tekanan darah tinggi, nyeri berkurang bila dibawa berbaring dan hilang bila tekanan darah turun.
Salah satu yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah adalah sistem baroreseptor arteri terutama ditemukan pada sinus carotis, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Pengaturan kontrol ini tidak terjadi pada hipertensi sehingga tekanan vaskuler meningkat secara tidak adekuat yang mengakibatkan peningkatan tekanan vaskular serebral. Akibat dari peningkatan tekanan dari vaskular tersebut sehingga menekan serabut saraf otak yang menyebabkan nyeri kepala pada pasien hipertensi.
Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan darah serebral terjadi karena adanya peningkatan daya kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh sehingg terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh darah diotak yang menekan serabut saraf diotak sehingga menyebabkan nyeri kepala. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan.  Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dengan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air (Price, 2005). Ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien hipertensi menurut Donges (2000) “Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral”.
Dari diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar nyeri kepala yang dirasakan klien berkurang atau hilang, adapun rencana tindakan yang disusun adalah kaji tingkat nyeri klien catat lokasi dan lamanya intensitas bertujuan untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan, motivasi klien untuk bedrest bertujuan untuk meningkatkan relaksasi, monitor tanda - tanda vital (TD, nadi, pernafasan dan suhu) bertujuan untuk karena nyeri dapat mencetuskan hipertensi, berikan tindakan yang dapat mengurangi nyeri kepala seperti massage daerah kepala dan leher bertujuan untuk mengurangi nyeri dan rangsangan saraf simpatis sehingga mengurangi tegangan yang diperberat oleh stress.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji tingkat nyeri klien lokasi, lamanya dan intensitasnya didapatkan klien mengeluh bila tekanan darahnya tinggi kepala pusing dan  nyeri tengkuk, skala nyeri 3, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk, nyeri berkurang bila dibawa berbaring dan hilang bila tekanan darah turun. Menganjurjan klien untuk banyak istirahat dan klien mengikuti saran yang berikan. Mengukur tekanan darah, mengukur suhu, menghitung nadi dan menghitung pernafasan, dari hasil pengukuran didapatkan hasil yang selalu berubah. Melakukan massage daerah kepala dan leher, klien merasa lebih nyaman dimassage dan klien mengatakan nyeri berkurang. Mengingatkan kepada klien untuk tidak mengejan terlalu kuat pada saat buang air besar karena akan dapat meningkatkan nyeri, klien mengikuti saran yang diberikan.
Evaluasi perkembangan hari pertama masalah nyeri kepala teratasi sebagian, karena pada saat evaluasi didapatkan TD : 170/80 mmHg, Nadi : 76 x/menit, T : 37,1 OC, klien masih mengeluh kepala masih pusing seperti ditusuk. Pada hari kedua dan ketiga masalah nyeri kepala teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan TD : 160/80 mmHg, T : 36,3 mmHg, N : 82 x/menit, klien mengatakan kepala saya tidak pusing dan tengkuk tidak terasa berat. Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu TD sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik ≤  90 mmHg. Irama nadi reguler dan kecepatan nadi 60 – 100 x/mnt, klien menyatakan nyeri kepala dan tengkuk hilang. Meskipun TD klien sistolik ≥ 140 mmHg, ini dikarenakan klien sudah beradaptasi terhadap nyeri.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, pada pengkajian ditemukan keadaaan umum klien sedang, klien tampak lemah, BB = 62 Kg. TB = 170 Kg, konjungtiva anemis,     Hb = 12,1 gr/dl, GDS = 195 gr/dl, Protein total=2,8 g/dl, klien mendapat diit rendah garam berupa bubur, gigi klien sudah tidak ada. Klien mengatakan badan saya terasa lemah, tidak makan telur, sayur hijau karena takut asam urat kambuh, tidak ada makanan tambahan lain selain makanan pokok karena takut dengan penyakitnya.
Pada hipertensi terjadi peningkatan metabolisme akibat dari peningkatan kerja dari jantung dan pembuluh darah untuk memenuhi suplay nutrisi dan oksigen ke jaringan, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi pada pasien hipertensi.  Pada kasus ini terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi karena klien membatasi jumlah makannya dikarenakan takut penyakitnya bertambah parah. Ini dikarenakan terjadinya salah persepsi klien terhadap penalaksanaa diit. Klien hanya makan bubur sebanyak  satu gelas duralex sekali makan dan ikan. Tidak ada makanan tambahan lain yang klien makan selain makanan pokok dan klien juga mempunyai pantangan makan telur dan sayur hijau.  Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien hipertensi menurut Donges (2000) “Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya”. Perbedaan diagnosa antara teori dengan yang didapatkan pada klien dikarenakan  menurut teori biasanya klien hipertensi dirawat karena faktor pola makan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan diit yang dianjurakan. Sedangkan pada kasus ini klien mengalami mis interpretasi penalaksanaan diit yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi klien tidak tercukupi.  
Dari diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi/ meningkat, adapun rencana tindakan yang disusun adalah kaji kemampuan klien untuk mengunyah dan menelan bertujuan untuk menentukan terhadap pemilihan jenis makanan sehingga klien terlindungi dari aspirasi, berikan diit lunak (rendah garam) bertujuan untuk memudahkan klien dalam menelan (peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi makan yang diberikan karena porsi makanan yang diberikan adalah sesuai dengan kebutuhan klien. Menganjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat bertujuan meningkatkan proses pencernaan dan toleransi klien terhadap nutrisi yang diberikan. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium dan pemberian obat injeksi neurobion 1 amp/hr/drip dan injeksi ranitidin 2 x 1 amp melalui intra vena karena vitamin adalah zat organik dan anorganik yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi metabolisme dan ranitidin untuk mengurangi produksi asam lambung yang dapat menyebabkan nyeri lambung.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji kemampuan klien untuk mengunyah dan menelan didapatkan klien mengalami masalah dalam mengunyah karena gigi klien sudah tidak ada lagi, kebiasaan klien dirumah adalah makan bubur. Memberikan makan bubur rendah garam sesuai dengan advis ahli gizi didapat porsi makan yang diberikan selalu dihabiskan dan sesuai dengan kondisi klien. Menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi makan, klien selalu  menghabiskan porsi yang diberikan. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dalam porsi kecil dan dalam keadaan hangat, klien lebih senang menyantap makanan selagi hangat. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium dan pemberian obat injeksi neurobion 1 amp/hari/drip dan ranitidin 2 x 1 amp, obat yang diberikan tidak membuat klien menjadi alergi.
Evaluasi perkembangan hari pertama masalah gangguan pemenuhan nutrisi teratasi sebagian, karena pada saat evaluasi didapatkan porsi makan klien dihabiskan, klien mengatakan badan saya masih lemah, dari  hasil laboratorium Hb : 12,1 gr/dl, GDS : 195 gr/dl, Protein total : 2,8 gr/dl. Pada hari kedua masalah gangguan pemenuhan nutrisi teratasi sebagian dengan didapatkan klien mendapatkan makanan tambahan dari RS dan porsi makan klien dihabiskan. Pada hari ketiga masalah gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan porsi makan klien dihabiskan, klien mendapatkan makanan tambahan dari RS, GDS : 165 gr/dl, konjungtiva tidak anemis. Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu porsi makan dihabiskan, klien mendapatkan makanan tambahan selain makanan pokok sesuai advis ahli gizi, tidak terjadi penurunan BB < 62 Kg, konjungtiva tidak anemis, Hb = 14 -16 gr/dl, GDS = 60 – 150 gr/dl, Protein total = 5 – 5,2 gr/dl.
4.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, pada pengkajian ditemukan keadaan umum sedang,      TD = 170 100 mmHg, N = 68 x/menit, RR 20 x/menit, kekuatan otot lengan kiri dan kanan adalah, kaki kiri dan kanan adalah 4 , dalam memenuhi kebutuhan klien dibantu keluarga, klien mengatakan badan terasa lemah, kaki terasa tebal dan lemah, merasa cepat lelah bila beraktifitas lebih berat.
Peningkatan daya pompa jantung akan mempengaruhi darah yang masuk kedalam paru -  paru melalui arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan pertukaran oksigen dan karbondioksida akan terganggu. Yang akan mengakibatkan kandungan oksigen dalam darah menjadi kurang. Sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ditambah lagi jantung memerlukan banyak oksigen agar dapat berkontraksi secara maksimal. Sehingga pada pasien hipertensi terjadi intoleran aktivitas oleh karena suplay dengan kebutuhan tidak seimbang yang mengakibatkan klien merasa cepat capek.
Dari diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri meningkat, adapun rencana tindakan yang disusun adalah kaji kemampuan klien dalam beraktivitas bertujuan untuk mengetahui respon fisiologis terhadap aktivitas. Anjurkan teknik menyimpan tenaga bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi yang berlebihan. Beri bantuan sesuai kebutuhan bertujuan mencegah peningkatan kerja jantung. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien bertujuan memudahkan jangkauan dan mobilisasi. Anjurkan keluarga atau orang terdekat membantu pemenuhan kebutuhan klien bertujuan mengurangi penggunaan tenaga berlebihan.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas didapatkan klien dibantu oleh keluarga memenuhi kebutuhannya. Menganjurkan klien untuk tidak banyak beraktivitas, klien mengikuti saran yang diberikan dengan banyak istirahat. Membantu klien memenuhi kebutuhan, klien memerlukan bantuan untuk berjalan. Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan, klien merasa lebih mudah untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus minta bantuan orang lain. Menganjurkan keluarga atau untuk membantu pemenuhan kebutuhan klien, keluarga klien kooperatif dalam membantu klien memenuhi kebutuhannya.
Evaluasi perkembangan hari pertama dan kedua masalah intoleran aktivitas belum teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan klien tampak lemah, klien dibantu oleh keluarga kekuatan otot lengan kiri dan kanan adalah 5 dan kaki kiri dan kanan adalah 4.  Pada ketiga masalah intoleran aktivitas teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan TD : 160/80 mmHg, N : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, klien dapat berjalan sendiri kekamar mandi, klien mengatakan kaki saya sudah mulai keramnya, agak enakan dibawa berjalan. Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu TD sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik ≤  90 mmHg. Irama nadi reguler dan kecepatan nadi 60 – 100 x/mnt, RR : 16 -20 x/menit,  kemampuan klien beraktivitas sedang meningkat, klien dapat memenuhi kebutuhan dengan bantuan yang minimal.
5.      Kurang pengetahuan mengenai  penatalaksanaan diit dan pengobatan penyakit berhubungan dengan mis interpretasi informasi, pada pengkajian klien mengeluh mengapa tekanan saya selalu tinggi, makanan apa saja yang boleh saya makan, tidak ada makanan tambahan lain selain makanan pokok karena takut dengan penyakitnya, tidak makan telur dan sayur hijau karena takut asam urat kambuh, makan dirumah biasanya klien menghabiskan bubur sebanyak 1 gelas duralex ukuran 200 cc, klien mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi sekitar 10 tahun yang lalu, dirumah biasa minum obat captopril 25 mg   2 x 1 hari dan glibenklamid 2 x 1 hari. Klien selalu bertanya tentang kondisinya.
Klien sudah menderita penyakit diabetes mellitus dan hipertensi sekitar 10 tahun yang lalu. Klien juga sudah sering masuk rumah sakit, klien sudah tahu tanda dan gejala hipertensi tetapi salah menginterpretasikan informasi yang diberikan. Sehingga karena takut penyakitnya kambuh maka klien mengatur pola makan, namun klien hanya makan bubur dan lauk pauk, klien tidak ada makan makanan tambahan lain.

Dari diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar pengetahuan klien dan keluarga meningkat, adapun rencana
tindakan yang disusun adalah kaji tingkat pengetahuan bertujuan mengetahui persepsi klien tentang penyakitnya. Beritahu tentang batasan tekanan darah dan jelaskan efek hipertensi pada organ tubuh bertujuan memberikan dasar pengetahuan tentang tekanan darah dan efek peningkatannya. Bantu klien mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan hipertensi seperti stress dan rokok bertujuan merubah kebiasaan yang kurang baik dari klien. Tegaskan dosis dan efek samping obat yang diminum dan penatalaksanaan diit bertujuan agar terjadi kerjasama dengan klien yang merupakan dasar keberhasilan pengobatan.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menanyakan kepada klien mengenai penyakit yang dideritanya, klien dapat menyebutkan tanda dan gejala bila tekanan darahnya tinggi. Memberi penjelasan kepada klien batas tekanan darah yang normal dan efek tekanan darah yang tidak normal terhadap tubuh, klien kooperatif dalam memperhatikan penjelasan dari perawat. Membantu klien mengidentifikasi faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi, klien mengatakan mengerti apa saja yang membuat tekanan darahnya menjadi naik. Menjelaskan dosis dan efek obat yang diminum dan penatalaksanaan diit, klien rajin dalam minum obat, dalam hal diit klien memiliki banyak pantangan yang berhubungan dengan penyakitnya sehingga pola makan klien monoton.
Evaluasi perkembangan hari pertama masalah kurang pengetahuan teratasi sebagian, karena pada saat evaluasi klien menyatakan mengerti sedikit tentang tekanan darah tinggi, klien masih sering bertanya. Pada hari kedua dan ketiga masalah kurang pengetahuan teratasi,  karena pada saat evaluasi klien menyatakan tahu manfaat obat, klien mengatakan mengeti, klien dapat menyebutkan kembali faktor-faktor penyebab hipertensi.  Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu klien menyatakan mengerti tentang proses penyakit, program pengobatan dan efek obat yang diberikan, klien menyatakan mengerti mengenai penatalaksanaan diit pada hipertensi. 




2 komentar:

  1. Bagi temen2 yang kuliah nya jurusan nya tentang kesehatan...
    yang ingin mencari materi tentang HYPERTENSI HEART DISEASE...
    Silahkan mampir aja di sini :D
    http://allifkecil91.blogspot.com/2013/04/hypertensi-heart-disease-hhd.html

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus