Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling
banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan
duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit
jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot
merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya
pirau kanan ke kiri.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar
pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah
berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang
ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat
dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.
1.
Pengertian
Tetralogi of fallot (TF)
adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi
4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
2.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung
bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Ø Faktor endogen :
o Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan
o Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan
bawaan
Ø Faktor eksogen :
o Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB
oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
o Ibu menderita
penyakit infeksi : rubella
o Pajanan
terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan
eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya,
pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan
, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah
selesai.
3. Manifestasi Klinis
- Sianosis, biasanya hanya terdapat setelah
menangis, minum dan stress.
- Jari tabuh (clubbing finger) timbul
setelah 2-3 bulan.
-
Sesak nafas karena
anoksia.
-
Gangguan pertumbuhan
gigi dan perkembangan email gigi buruk.
- Squatting, anak sering jongkok setelah berjalan atau berlari.
- Jantung berbentuk sepatu (boot shape).
4.
Pemeriksaan
diagnostik
a.
Pemeriksaan
laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan
penurunan PH,
pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi.
b.
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
e.
Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari
dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi
oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal
atau rendah.
5.
Patofisiologi
Tetralogi fallot
adalah kelainan daerah konotrunkal yang paling sering dijumpai. Cacatnya
disebabkan oleh pemisahan konus yang tidak merata, karena pergeseran letak
sekat trunkus dan konus ke depan. Sehingga pergeseran itu menimbulkan empat
perubahan kardiovaskuler, yaitu :
- stenosis infundibularis pulmonalis.
- cacat yang besar pada septum interventrikularis.
- overriding aorta ( aorta yang keluar langsung di
atas sekat yang cacat).
- hipertrofi dinding ventrikel karena tekanan sisi
kanan yang lebih tinggi.
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal
maka akan terjadi perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan
darah yang berasal dari vena cava superior dan inferior seluruhnya akan
tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk ke aorta tanpa membebani
ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel
kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri
sehingga timbul sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke
pulmo jadi menurun sehingga terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan
polisitemia.
6.
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka
terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain
dengan cara :
a.
Posisi lutut ke
dada agar aliran darah ke paru bertambah
b.
Morphine sulfat
0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
c.
Bikarbonas
natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
d.
Oksigen dapat
diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah
ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat
dilanjutkan dengan pemberian
e.
Propanolo l
0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
f.
Ketamin 1-3 mg/kg
(rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan juga sedatif
g.
Penambahan volume
cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan
sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan
selanjutnya
-
Propanolol oral
2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
-
Bila ada
defisiensi zat besi segera diatasi
-
Hindari dehidrasi
7.
Komplikasi
a.
Trombosis
pulmonal
b.
CVA trombosis
c.
Abses otak
d.
Perdarahan
e. Anemia relatif
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
TETRALOGI FALLOT
A. Pengkajian keperawatan
1.
Riwayat kehamilan
: ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan
eksogen yang mempengaruhi).
2.
Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit
3.
Riwayat
psikososial/ perkembangan
ü Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
ü Mekanisme koping anak/ keluarga
ü Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4.
Pemeriksaan fisik
ü Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
ü Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
ü Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic
spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
ü Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak
dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
ü Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras
didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
ü Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II
tunggal dan keras.
ü Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang
lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
ü Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
5.
Pengetahuan anak
dan keluarga :
ü Pemahaman tentang diagnosis.
ü Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
ü Regimen pengobatan
ü Rencana perawatan ke depan
ü Kesiapan dan kemauan untuk belajar
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengumpulan
data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai
dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa
keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan :
1.
Gangguan
pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2.
Penurunan kardiak
output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi
jantung
3.
Intoleransi
aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5.
Risti gangguan
perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses
otak, CVA trombosis.
6.
Gangguan perfusi
jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
7.
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan
8.
Koping keluarga
tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit
anak
C. Rencana Tindakan
Keperawatan
1.
Gangguan pertukaran
gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
Tujuan :
Pasien akan
mempunyai pola nafas dan pertukaran gas yang adekuat
Intervensi :
1.1 Pantau status pulmonal
dengan ketat, auskultasi bunyi paru setiap 2 – 4 jam atau bila perlu : pantau
prekuensi pernafasan; kaji upaya dan kesimetrisan dada, kai tanda – tanda
distres pernafasan.
1.2 Lakukan/ bantu pasien
dengan batuk dan nafas dalam, terapi humidifikasi
1.3 Catat jumlah, warna,
konsistensi dan bau sekresi
1.4 Berikan oksigen sesuai
dengan anjuran dokter
1.5 Pantau saturasi O2
melalui oksimetri
1.6 Ubah posisi pasien dengan
teratur untuk memaksimalkan ventilasi dan perfusi serta untuk mencegah
penumpukan sekret.
2.
Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif
sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan :
Anak dapat mempertahankan kardiak
output yang adekuat.
Kriteria
hasil :
ü Tanda-tanda vital normal sesuai umur
ü Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis,
gelisah/letargi, takikardi,mur-mur
ü Pasien komposmentis
ü Akral hangat
ü Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Capilary refill time < 3 detik
ü Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi
2.1.
Monitor tanda
vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada
kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan
2.2.
Kaji dan catat
denyut apikal selama 1 menit penuh
2.3.
Observasi adanya
serangan sianotik
2.4.
Berikan posisi
knee-chest pada anak
2.5.
Observasi adanya
tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi
2.6.
Monitor intake
dan output secara adekuat
2.7.
Sediakan waktu
istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
2.8.
Sajikan makanan
yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
2.9.
Kolaborasi dalam:
pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia
2.10.
Kolaborasi
pemberian oksigen
2.11.
Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus
3.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan :
Anak menunjukan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas
normal) tidak adanya angina.
Kriteria hasil :
ü Tanda vital normal sesuai umur
ü Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
dijadwalkan
ü Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai
umur
ü Fatiq dan kelemahan berkurang
ü Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi
3.1.
Catat irama
jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
3.2.
Anjurkan pada
pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3.3.
Anjurkan pada
pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
3.4.
Jelaskan pada
pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
3.5.
Tunjukan pada
pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
3.6.
Bantu anak dalam
memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
3.7.
Jadwalkan
aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
4.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Tujuan
:
anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat
dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria
hasil :
ü Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
ü Peningkatan toleransi makan.
ü Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
ü Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin, Hb
ü Mual muntah tidak ada
ü Anemia tidak ada.
Intervensi
:
4.1.
Timbang berat
badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang
sama dan dokumentasikan.
4.2.
Catat intake dan
output secara akurat
4.3.
Berikan makan
sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama
makan ( menggunakan terapi bermain)
4.4.
Berikan perawatan
mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
4.5.
Berikan posisi
jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
4.6.
gunakan dot yang
lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
4.7.
Gunakan aliran oksigen
untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
4.8.
Berikan formula yang
mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
4.9.
Batasi pemberian
sodium jika memungkinkan
4.10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan
laboratorium
5.
Risti gangguan
perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses
otak, CVA trombosis.
Tujuan :
Perfusi jaringan serebral menjadi adekuat
Intervensi :
5.1.
Monitor perubahan tingkat kesadaran dengan GCS
5.2.
Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum
5.3.
Atur posisi tidur dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi
5.4.
Evaluasi keadaan pupil, ukuran, bentuk, persamaan, reaksi
terhadap cahaya
5.5.
Monitor intake dan output
5.6.
Batasi aktivitas yang berlebihan
5.7.
Pertahankan jalan nafas
5.8.
Kaji terhadap kemungkinan adanya kekakuan, kejang, gelisah,
intabilitas dan menurunnya aktivitas.
5.9.
Monitoring tanda-tanda peningkatan TIK
5.10 Kolaborasi dengan dokter dalam
program pengobatan.
Daftar Pustaka
A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
Bambang M,Sri endah R,Rubian
S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa
Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core
Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana
Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit,
Jakarta,EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta,
EGC
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan
Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas,
Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia
Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar
kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care
plans,Cumming Publishig Company,California
Whaley and Wong, 1995, Essential of
Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar