Pada bab pembahasan ini,
penulis membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Tn. N
dengan Hipertensi yang dirawat diruang flamboyan RSUD. AWS Samarinda.
Pembahasan asuhan keperawatan pada klien Tn. N dengan Hipertensi dilaksanakan
selama tiga hari, mulai tanggal 19 Juli sampai 21 Juli 2010, dengan menggunakan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Pendekatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan klien yang meliputi bio, psiko,
sosio, spiritual dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitif.
Diagnosa keperawatan
yang muncul atau diangkat pada klien Tn. N dengan Hipertensi yaitu :
1. Resiko terjadi penurunan curah
jantung berhubungan dengan vasokontriksi, pada pengkajian ditemukan TD :
170/100 mmHg, Nadi : 68 x/mnt, hasil EKG
: prematur ventricular contraction, possible anteroseptal infarction (suspec), klien mengeluh kepalanya pusing, tengkuk saya
nyeri, kaki terasa tebal dan lemah.
Peningkatan
darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel
kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi
hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Peningkatan kebutuhan
nutrien dan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan
peningkatan beban kerja jantung (Price, 2005).
Bila
kebutuhan nutrien dan oksigen tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi daya pompa
jantung yang mengakibat jantung tidak dapat berkontraksi secara maksimal beresiko
terjadi penurunan curah jantung yang akan berakibat fatal terhadap organ tubuh
yang lain. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal
ginjal. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Resiko
penurunan curah jantung dijadikan prioritas masalah pertama oleh penulis,
karena masalah ini akan mengancam jiwa pasien bila menjadi aktual. Curah
jantung adalah kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah
dipompa masuk kedalam sirkulasi paru dan sistemik. Curah jantung rata-rata
adalah 5 L/menit. Kebutuhan curah jantung bervariasi sesuai ukuran tubuh.
Perubahan frekuensi nadi dan volume sekuncup akan berpengaruh langsung terhadap
curah jantung (Price, 2005). Ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien hipertensi menurut Donges (2000) “resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi dan iskemia miokardia”.
Dari
diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
mencegah tidak terjadinya penurunan curah jatung, adapun rencana tindakan yang
disusun adalah monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui perubahan yang
terjadi, auskultasi irama jantung dan suara nafas untuk mengetahui adanya
hipertropi ventrikel, observasi warna kulit, kelembaban dan suhu untuk mengetahui
vasokontriksi dan perubahan pola jantung, batasi aktivitas klien untuk
menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah, berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman untuk meningkatkan relaksasi klien dan
menurunkan ketegangan, kolaborasi pemberian obat captopril 25 mg sesuai advis
dokter untuk menurunkan rangsangan dan meningkatkan relaksasi.
Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah mengukur tekanan darah, mengukur suhu,
menghitung nadi dan menghitung pernafasan, dari hasil pengukuran didapatkan
hasil yang selalu berubah dikarenakan faktor aktivitas yang klien dan efek dari
obat yang diminum. Mendengarkan suara jantung dan suara nafas didapatkan tidak
terdengar suara bising jantung dan suara nafas tambahan. Mengobservasi warna
kulit kelembaban dan suhu didapatkan tidak ada perubahan warna kulit seperti
sianosis, kulit lembab dan suhu tubuh sama rata diseluruh bagian tubuh.
menganjurkan klien untuk banyak istirahat dan klien mengikuti saran yang
dianjurkan. Membuat lingkungan klien tenang dan nyaman sehingga klien dapat
beristirahat dan menurunkan ketegangan. Selalu mengingatkan klien untuk minum
obat secara teratur captopril 25 mg 3 x 1 hari klien mematuhi anjuran dengan
minum obat yang teratur.
Evaluasi
perkembangan dari hari pertama sampai dengan hari ketiga masalah penurunan
terjadi curah jantung tidak terjadi, sesuai dengan kriterial hasil yang
ditetapkan oleh penulis yaitu TD dalam batas normal sistolik ≤ 140 mmHg,
Diastolik ≤ 90 mmHg, irama nadi reguler
dan kecepatan nadi 60 – 100 x/mnt, akral hangat, klien menyatakan pusing hilang
dan tengkuk tidak nyeri.
2.
Nyeri
kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral, pada pengkajian
ditemukan TD : 170/100 mmHg, nadi : 68 x/menit, klien mengeluh kepala saya
pusing, tengkuk saya nyeri, nyeri seperti ditusuk, skala nyeri 3, nyeri
dirasakan bila tekanan darah tinggi, nyeri berkurang bila dibawa berbaring dan
hilang bila tekanan darah turun.
Salah
satu yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah adalah sistem
baroreseptor arteri terutama ditemukan pada sinus carotis, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi
meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat.
Pengaturan kontrol ini tidak terjadi pada hipertensi sehingga tekanan vaskuler
meningkat secara tidak adekuat yang mengakibatkan peningkatan tekanan vaskular
serebral. Akibat dari peningkatan tekanan dari vaskular tersebut sehingga
menekan serabut saraf otak yang menyebabkan nyeri kepala pada pasien
hipertensi.
Nyeri
kepala berhubungan dengan peningkatan darah serebral terjadi karena adanya
peningkatan daya kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh sehingg
terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh darah diotak yang menekan serabut
saraf diotak sehingga menyebabkan nyeri kepala. Autoregulasi vaskular adalah
suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif
konstan. Jika aliran berubah, proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dengan mengakibatkan pengurangan
aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari
peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting
dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air (Price,
2005). Ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
hipertensi menurut Donges (2000) “Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral”.
Dari
diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar nyeri
kepala yang dirasakan klien berkurang atau hilang, adapun rencana tindakan yang
disusun adalah kaji tingkat nyeri klien catat lokasi dan lamanya intensitas
bertujuan untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan, motivasi klien untuk
bedrest bertujuan untuk meningkatkan relaksasi, monitor tanda - tanda vital
(TD, nadi, pernafasan dan suhu) bertujuan untuk karena nyeri dapat mencetuskan
hipertensi, berikan tindakan yang dapat mengurangi nyeri kepala seperti massage
daerah kepala dan leher bertujuan untuk mengurangi nyeri dan rangsangan saraf
simpatis sehingga mengurangi tegangan yang diperberat oleh stress.
Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji tingkat nyeri klien lokasi,
lamanya dan intensitasnya didapatkan klien mengeluh bila tekanan darahnya
tinggi kepala pusing dan nyeri tengkuk,
skala nyeri 3, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk, nyeri berkurang bila
dibawa berbaring dan hilang bila tekanan darah turun. Menganjurjan klien untuk
banyak istirahat dan klien mengikuti saran yang berikan. Mengukur tekanan
darah, mengukur suhu, menghitung nadi dan menghitung pernafasan, dari hasil
pengukuran didapatkan hasil yang selalu berubah. Melakukan massage daerah
kepala dan leher, klien merasa lebih nyaman dimassage dan klien mengatakan nyeri
berkurang. Mengingatkan kepada klien untuk tidak mengejan terlalu kuat pada
saat buang air besar karena akan dapat meningkatkan nyeri, klien mengikuti
saran yang diberikan.
Evaluasi
perkembangan hari pertama masalah nyeri kepala teratasi sebagian, karena pada
saat evaluasi didapatkan TD : 170/80 mmHg, Nadi : 76 x/menit, T : 37,1 OC,
klien masih mengeluh kepala masih pusing seperti ditusuk. Pada hari kedua dan
ketiga masalah nyeri kepala teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan TD :
160/80 mmHg, T : 36,3 mmHg, N : 82 x/menit, klien mengatakan kepala saya tidak
pusing dan tengkuk tidak terasa berat. Sesuai dengan kriterial hasil yang
ditetapkan oleh penulis yaitu TD sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik ≤ 90 mmHg. Irama nadi reguler dan kecepatan
nadi 60 – 100 x/mnt, klien menyatakan nyeri kepala dan tengkuk hilang. Meskipun
TD klien sistolik ≥ 140 mmHg, ini dikarenakan klien sudah beradaptasi terhadap
nyeri.
3.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat, pada pengkajian ditemukan keadaaan umum klien sedang, klien tampak
lemah, BB = 62 Kg. TB = 170 Kg, konjungtiva anemis, Hb = 12,1 gr/dl, GDS = 195 gr/dl, Protein
total=2,8 g/dl, klien mendapat diit rendah garam berupa bubur, gigi klien sudah
tidak ada. Klien mengatakan badan saya terasa lemah, tidak makan telur, sayur
hijau karena takut asam urat kambuh, tidak ada makanan tambahan lain selain
makanan pokok karena takut dengan penyakitnya.
Pada
hipertensi terjadi peningkatan metabolisme akibat dari peningkatan kerja dari
jantung dan pembuluh darah untuk memenuhi suplay nutrisi dan oksigen ke
jaringan, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi pada pasien hipertensi.
Pada kasus ini terjadinya gangguan
pemenuhan nutrisi karena klien membatasi jumlah makannya dikarenakan takut
penyakitnya bertambah parah. Ini dikarenakan terjadinya salah persepsi klien
terhadap penalaksanaa diit. Klien hanya makan bubur sebanyak satu gelas duralex sekali makan dan ikan.
Tidak ada makanan tambahan lain yang klien makan selain makanan pokok dan klien
juga mempunyai pantangan makan telur dan sayur hijau. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien hipertensi menurut Donges (2000) “Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan
budaya”. Perbedaan diagnosa antara teori dengan yang didapatkan pada klien
dikarenakan menurut teori biasanya klien
hipertensi dirawat karena faktor pola makan yang berlebihan atau tidak sesuai
dengan diit yang dianjurakan. Sedangkan pada kasus ini klien mengalami mis
interpretasi penalaksanaan diit yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi klien
tidak tercukupi.
Dari
diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi/ meningkat, adapun rencana tindakan yang
disusun adalah kaji kemampuan klien untuk mengunyah dan menelan bertujuan untuk
menentukan terhadap pemilihan jenis makanan sehingga klien terlindungi dari aspirasi,
berikan diit lunak (rendah garam) bertujuan untuk memudahkan klien dalam
menelan (peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian
meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah, menganjurkan
klien untuk menghabiskan porsi makan yang diberikan karena porsi makanan yang
diberikan adalah sesuai dengan kebutuhan klien. Menganjurkan keluarga untuk
menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
bertujuan meningkatkan proses pencernaan dan toleransi klien terhadap nutrisi
yang diberikan. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium dan pemberian obat
injeksi neurobion 1 amp/hr/drip dan injeksi ranitidin 2 x 1 amp melalui intra
vena karena vitamin adalah zat organik dan anorganik yang dalam jumlah kecil
dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi metabolisme dan ranitidin untuk
mengurangi produksi asam lambung yang dapat menyebabkan nyeri lambung.
Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji kemampuan klien untuk
mengunyah dan menelan didapatkan klien mengalami masalah dalam mengunyah karena
gigi klien sudah tidak ada lagi, kebiasaan klien dirumah adalah makan bubur.
Memberikan makan bubur rendah garam sesuai dengan advis ahli gizi didapat porsi
makan yang diberikan selalu dihabiskan dan sesuai dengan kondisi klien.
Menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi makan, klien selalu menghabiskan porsi yang diberikan.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dalam porsi kecil dan dalam
keadaan hangat, klien lebih senang menyantap makanan selagi hangat. Kolaborasi
dalam pemeriksaan laboratorium dan pemberian obat injeksi neurobion 1
amp/hari/drip dan ranitidin 2 x 1 amp, obat yang diberikan tidak membuat klien
menjadi alergi.
Evaluasi
perkembangan hari pertama masalah gangguan pemenuhan nutrisi teratasi sebagian,
karena pada saat evaluasi didapatkan porsi makan klien dihabiskan, klien
mengatakan badan saya masih lemah, dari hasil laboratorium Hb : 12,1 gr/dl, GDS : 195
gr/dl, Protein total : 2,8 gr/dl. Pada hari kedua masalah gangguan pemenuhan
nutrisi teratasi sebagian dengan didapatkan klien mendapatkan makanan tambahan
dari RS dan porsi makan klien dihabiskan. Pada hari ketiga masalah gangguan
pemenuhan nutrisi teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan porsi makan
klien dihabiskan, klien mendapatkan makanan tambahan dari RS, GDS : 165 gr/dl,
konjungtiva tidak anemis. Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh
penulis yaitu porsi makan dihabiskan, klien mendapatkan makanan tambahan selain
makanan pokok sesuai advis ahli gizi, tidak terjadi penurunan BB < 62 Kg,
konjungtiva tidak anemis, Hb = 14 -16 gr/dl, GDS = 60 – 150 gr/dl, Protein
total = 5 – 5,2 gr/dl.
4. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, pada pengkajian
ditemukan keadaan umum sedang, TD =
170 100 mmHg, N = 68 x/menit, RR 20 x/menit, kekuatan otot lengan kiri dan
kanan adalah, kaki kiri dan kanan adalah 4 , dalam memenuhi kebutuhan klien
dibantu keluarga, klien mengatakan badan terasa lemah, kaki terasa tebal dan
lemah, merasa cepat lelah bila beraktifitas lebih berat.
Peningkatan
daya pompa jantung akan mempengaruhi darah yang masuk kedalam paru - paru melalui arteri pulmonalis. Sehingga
menyebabkan pertukaran oksigen dan karbondioksida akan terganggu. Yang akan
mengakibatkan kandungan oksigen dalam darah menjadi kurang. Sehingga kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi, ditambah lagi jantung memerlukan banyak oksigen agar
dapat berkontraksi secara maksimal. Sehingga pada pasien hipertensi terjadi
intoleran aktivitas oleh karena suplay dengan kebutuhan tidak seimbang yang
mengakibatkan klien merasa cepat capek.
Dari
diagnosa diatas maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar
kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri meningkat, adapun rencana
tindakan yang disusun adalah kaji kemampuan klien dalam beraktivitas bertujuan
untuk mengetahui respon fisiologis terhadap aktivitas. Anjurkan teknik
menyimpan tenaga bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi yang berlebihan.
Beri bantuan sesuai kebutuhan bertujuan mencegah peningkatan kerja jantung.
Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien bertujuan memudahkan jangkauan dan
mobilisasi. Anjurkan keluarga atau orang terdekat membantu pemenuhan kebutuhan
klien bertujuan mengurangi penggunaan tenaga berlebihan.
Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas didapatkan klien dibantu oleh keluarga memenuhi kebutuhannya.
Menganjurkan klien untuk tidak banyak beraktivitas, klien mengikuti saran yang
diberikan dengan banyak istirahat. Membantu klien memenuhi kebutuhan, klien
memerlukan bantuan untuk berjalan. Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan,
klien merasa lebih mudah untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus minta bantuan
orang lain. Menganjurkan keluarga atau untuk membantu pemenuhan kebutuhan
klien, keluarga klien kooperatif dalam membantu klien memenuhi kebutuhannya.
Evaluasi
perkembangan hari pertama dan kedua masalah intoleran aktivitas belum teratasi,
karena pada saat evaluasi didapatkan klien tampak lemah, klien dibantu oleh
keluarga kekuatan otot lengan kiri dan kanan adalah 5 dan kaki kiri dan kanan
adalah 4. Pada ketiga masalah intoleran
aktivitas teratasi, karena pada saat evaluasi didapatkan TD : 160/80 mmHg, N :
82 x/menit, RR : 20 x/menit, klien dapat berjalan sendiri kekamar mandi, klien
mengatakan kaki saya sudah mulai keramnya, agak enakan dibawa berjalan. Sesuai
dengan kriterial hasil yang ditetapkan oleh penulis yaitu TD sistolik ≤ 140
mmHg dan diastolik ≤ 90 mmHg. Irama nadi
reguler dan kecepatan nadi 60 – 100 x/mnt, RR : 16 -20 x/menit, kemampuan klien beraktivitas sedang meningkat,
klien dapat memenuhi kebutuhan dengan bantuan yang minimal.
5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan diit dan pengobatan penyakit
berhubungan dengan mis interpretasi informasi, pada pengkajian klien mengeluh
mengapa tekanan saya selalu tinggi, makanan apa saja yang boleh saya makan,
tidak ada makanan tambahan lain selain makanan pokok karena takut dengan
penyakitnya, tidak makan telur dan sayur hijau karena takut asam urat kambuh,
makan dirumah biasanya klien menghabiskan bubur sebanyak 1 gelas duralex ukuran
200 cc, klien mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi
sekitar 10 tahun yang lalu, dirumah biasa minum obat captopril 25 mg 2 x 1 hari dan glibenklamid 2 x 1 hari.
Klien selalu bertanya tentang kondisinya.
Klien
sudah menderita penyakit diabetes mellitus dan hipertensi sekitar 10 tahun yang
lalu. Klien juga sudah sering masuk rumah sakit, klien sudah tahu tanda dan
gejala hipertensi tetapi salah menginterpretasikan informasi yang diberikan.
Sehingga karena takut penyakitnya kambuh maka klien mengatur pola makan, namun
klien hanya makan bubur dan lauk pauk, klien tidak ada makan makanan tambahan
lain.
Dari diagnosa diatas
maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan agar pengetahuan klien dan
keluarga meningkat, adapun rencana
tindakan yang disusun adalah kaji tingkat pengetahuan bertujuan mengetahui persepsi klien tentang penyakitnya. Beritahu tentang batasan tekanan darah dan jelaskan efek hipertensi pada organ tubuh bertujuan memberikan dasar pengetahuan tentang tekanan darah dan efek peningkatannya. Bantu klien mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan hipertensi seperti stress dan rokok bertujuan merubah kebiasaan yang kurang baik dari klien. Tegaskan dosis dan efek samping obat yang diminum dan penatalaksanaan diit bertujuan agar terjadi kerjasama dengan klien yang merupakan dasar keberhasilan pengobatan.
tindakan yang disusun adalah kaji tingkat pengetahuan bertujuan mengetahui persepsi klien tentang penyakitnya. Beritahu tentang batasan tekanan darah dan jelaskan efek hipertensi pada organ tubuh bertujuan memberikan dasar pengetahuan tentang tekanan darah dan efek peningkatannya. Bantu klien mengidentifikasi faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan hipertensi seperti stress dan rokok bertujuan merubah kebiasaan yang kurang baik dari klien. Tegaskan dosis dan efek samping obat yang diminum dan penatalaksanaan diit bertujuan agar terjadi kerjasama dengan klien yang merupakan dasar keberhasilan pengobatan.
Tindakan keperawatan
yang telah dilakukan adalah menanyakan kepada klien mengenai penyakit yang
dideritanya, klien dapat menyebutkan tanda dan gejala bila tekanan darahnya
tinggi. Memberi penjelasan kepada klien batas tekanan darah yang normal dan
efek tekanan darah yang tidak normal terhadap tubuh, klien kooperatif dalam
memperhatikan penjelasan dari perawat. Membantu klien mengidentifikasi faktor
resiko yang dapat menyebabkan hipertensi, klien mengatakan mengerti apa saja
yang membuat tekanan darahnya menjadi naik. Menjelaskan dosis dan efek obat
yang diminum dan penatalaksanaan diit, klien rajin dalam minum obat, dalam hal
diit klien memiliki banyak pantangan yang berhubungan dengan penyakitnya
sehingga pola makan klien monoton.
Evaluasi perkembangan
hari pertama masalah kurang pengetahuan teratasi sebagian, karena pada saat
evaluasi klien menyatakan mengerti sedikit tentang tekanan darah tinggi, klien
masih sering bertanya. Pada hari kedua dan ketiga masalah kurang pengetahuan
teratasi, karena pada saat evaluasi
klien menyatakan tahu manfaat obat, klien mengatakan mengeti, klien dapat
menyebutkan kembali faktor-faktor penyebab hipertensi. Sesuai dengan kriterial hasil yang ditetapkan
oleh penulis yaitu klien menyatakan
mengerti tentang proses penyakit, program pengobatan dan efek obat yang
diberikan, klien menyatakan mengerti mengenai penatalaksanaan diit pada
hipertensi.
Bagi temen2 yang kuliah nya jurusan nya tentang kesehatan...
BalasHapusyang ingin mencari materi tentang HYPERTENSI HEART DISEASE...
Silahkan mampir aja di sini :D
http://allifkecil91.blogspot.com/2013/04/hypertensi-heart-disease-hhd.html
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus